Ketika Jurnalisme Dibungkam, Microblogger Bersuara*) samiaji bintang Media , Topic August 23, 2011 September 12, 2011 5 Minutes Salah satu foto unjukrasa yang diunggah Bei Fong di akun Google+. Seno Gumira Ajidarma berseru dalam bukunya, “Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara.” (Bentang, 2006, cetak ulang). Bila jurnalisme bicara dengan fakta, sastra bicara dengan kebenaran. Kebenaran yang diungkapkan dengan teknik penulisan cerpen yang disisipi fakta-fakta sebagai “kunci” yang dapat membuka mata pembaca terhadap untuk terus berkarya. Dalam bukunya, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara, Seno menyatakan ketika jurnalisme berbicara dengan fakta, sastra bicara dengan kebenaran. Fakta-fakta bisa diembargo, dimanipulasi, atau ditutup dengan tinta hitam, tapi kebenaran muncul dengan sendirinya, seperti kenyataan. Jurnalisme Setidaknya ada tiga buku Seno Gumira Ajidarma yang merupakan Trilogi Insiden—ketiganya mengandung fakta seputar Insiden Dili, yang ditabukan media massa semasa Orde Baru: Saksi Mata (kumpulan cerpen), Jazz, Parfum & Insiden (novel), dan Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (kumpulan esai). Saksi Mata. by Seno Gumira Ajidarma. Pemenang penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2005. Novel ini kaya permenungan yang mengajak pembaca memikirkan kembali makna kebenaran. Seno Gumira Ajidarma adalah sastrawan yang telah melahirkan banyak karya legendaris seperti Jazz, Parfum dan Insiden, Saksi Mata, dan Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara, dll. The Jakarta Post, Jakarta | Feature | Mon, June 16 2014, 12:50 PM Reading ground: Ayu Laksmi performs the Seruling Kesunyian short story from Seno Gumira Ajidarma’s audio version of the Saksi Mata (Eyewitness) anthology. “When journalism is silenced, literature must speak. Because while journalism speaks with facts, literature speaks with truth.” ― Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara Mengapa sastra? Menurut Seno Gumira Ajidarma ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Karena bila jurnalisme berbicara dengan fakta, sastra berbicara dengan Penerbit Bentang, 2010. Trilogi Insiden adalah buku karya Seno Gumira Ajidarma (selanjutnya disingkat SGA) yang dimana di dalamnya berisi tiga buku (kumpulan cerpen, novel, dan kumpulan esai) yang masing-masingnya diterbitkan ketika Orde Baru masih berkuasa. Tak lain dan tak bukan kaitannya dengan pemberantasan PKI oleh TNI. Yang pasti, reportase Ahmad Yunus di bagian ini mengingatkan saya pada kumpulan esai Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara, juga perkataan Tasaro GK pada suatu kesempatan, “Tugas penulis adalah mengkritisi sejarah yang sudah tidak masuk akal.” pbyJ.