PETAJAWA TENGAH. 317 Kepariwisataan : Provinsi Jawa Tengah PROVINSI JAWA TENGAH Seni Musik Tradisional : gamelan jawa f. Makanan khas daerah : wingko babat, lumpia, ampyang, sale pisang. tidak semua calon pengantin menyelenggarakan upacara seperti ini, sebab upacara ini hanya diperuntukkan bagi calon pengantin laki-laki yang merupakan DisebutRebana Biang karena salah satu rebananya berbentuk besar. Rebana Biang terdiri dari tiga buah rebana. Yang kecil bergaris tengah 30 cm diberi nama Gendang. Yang berukuran sedang bergaris tengah 60 cm dinamai Kotek. Yang paling besar bergaris tengah 60 โ€“ 80 cm dinamai Biang. Karena bentuknya yang besar, Rebana Biang sukar dipegang. 10 Provinsi Jawa Barat / Jabar Alat Musik Tradisional : Arumba, Calung, Dod-dog, Gamelan Sunda, Angklung, Rebab, Siter / Celempung 11. Provinsi Jawa Tengah / Jateng Alat Musik Tradisional : Gamelan Jawa, Siter / Celempung 12. Provinsi DI Yogyakarta / Jogja / Jogjakarta Alat Musik Tradisional : TT 13. Provinsi Jawa Timur / Jatim Alat Musik TRIBUNJABARCO.ID - Artis Tyas Mirasih Endah sedang menikmati hari-harinya sebagai pengantin baru dengan drummer Raiden Soedjono. Sebagai pengantin baru, pasangan ini sepertinya tak mau melewatkan waktu tanpa bermesraan setelah dihalalkan dalam Islam, agama yang mereka anut, melalui ikatan pernikahan.. Pada Kamis (20/7/2017), Tyas dan Raiden, Kalaukamu dan pasanganmu berniat menggelar pernikahan dengan adat jawa muslimah, tak usah pusing lagi. 5 baju pengantin adat jawa tengah ยท 6 alat musik tradisional dari sulawesi ยท 1. Beli promo dodotan jawa baju pengantin adat jawa baju akad baju ada jawa tengah kebaya murah terbaru di shopee. Baju kebaya pengantin adat jawa tengah berjilbab. Pernahbertanya tanya mengapa riasan pengantin jawa tengah begitu kompleks dan terlihat istimewa. Tutorial makeup membesarkan mata. Tasya farasya 1 124 560 views. Proses ini sekitar1 jam setting spay shu emura moisturizer ultima ll ijo liquid foundation ultima ll natural. Tradisi busana ini terinspirasi dari busana para bangsawan dan raja keraton. Berikutadalah upacara adat di beberapa daerah di Jawa Timur. 1. Upacara di Banyuwangi yang mirip dengan kebo membajak sawah. Upacara Kebo-keboan/ Instagram @nusaku.id. Kebo-keboan merupakan upacara adat yang dilakukan oleh Suku Osing, Banyuwangi, Jawa Timur. Nama upacara diambil dari kegiatan yang dilakukan saat upacara tersebut, yakni MewahnyaPengantin Gayo Masa Lalu, dengan Hiasan Kalung Perak Dalam foto itu, tampak seorang pengantin pria mengenakan ikat kepala, hiasan kepala, hiasan leher, untaian kalung rantai perak. Jumat, 4 September 2020 15:08 RiasPengantin Sukabumi, Jawa Barat. Ketika hari dan tanggal pernikahanmu sudah ditentukan, Kamu sudah mulai mencari apa saja yang dibutuhkan untuk membuat pernikahan impianmu terwujud. Salah satunya adalah memilih perias terbaik yang akan membantu memberikan sentuhan kecil agar kamu semakin mempesona. SERANG- Usaha rias pengantin menjadi salah satu sektor yang terdampak pandemi Covid-19. Mereka melakukan berbagai cara untuk mempertahnkan bisnisnya.Iis Yunerli, seorang pengusaha rias pengantin dan penyewaan gaun pengantin mengaku omzetnya menurun derastis. Apalagi, setelah adanya aturan PPKM darurat dan PPKM level 4 diberlakukan di Kota Serang. Vhb4c. Pakaian Adat Jawa Tengah โ€“ Jawa Tengah yang wilayahnya berada di tengah Pulau Jawa seringkali dijuluki sebagai jantung budaya Jawa. Walaupun merupakan provinsi yang terpisah, namun Daerah Istimewa Yogyakarta juga kerap kali dimasukkan ke dalam kawasan Jawa Tengah, terutama masalah kultural budaya. Mayoritas penduduk provinsi ini berasal dari Suku Jawa. Selain itu, suku lain yang bermukim di wilayah ini antara lain adalah Sunda, Batak, Madura, Melayu, Minangkabau, Dayak, Bugis, dan lain-lain. Kaum pendatang yang berpengaruh cukup besar di Jawa Tengah adalah Tionghoa. Umumnya mereka bermukim di daerah perkotaan dan berprofesi sebagai pedagang. Menjaga Warisan Budaya di Jawa TengahPakaian Adat Jawa Tengah1. Batik Jawa Tengah2. Jawi Jangkep3. Kebaya Jawa Tengah4. Kanigaran5. Surjan6. Basahan7. Beskap8. Jarik9. Sinjang / Dodot10. Kemben11. Stagen12. Tapih Pinjung13. Blangkon14. Kuluk15. Keris Menjaga Warisan Budaya di Jawa Tengah Hingga kini, Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal tetap mempertahankan tradisi dan budaya peninggalan nenek moyang mereka. Di tengah arus modernisasi yang begitu pesat, tradisi Jawa tetap dipertahankan dan berjalan beriringan dengan teknologi modern. Contoh paling mudah yang dapat kita lihat adalah penggunaan kain batik di seluruh nusantara. Meskipun banyak provinsi lain yang memiliki jenis kain batik sendiri, namun tak dapat dipungkiri bahwa kain batik corak Jawa yang dikenal luas adalah batik khas Jawa Tengah. Selain itu, warisan leluhur yang tetap dilestarikan juga bisa dilihat dari tetap berdirinya Kasunanan Surakarta di Solo dan Kesultanan Yogyakarta di Yogyakarta. Contoh lain dari warisan budaya yang terus dilestarikan adalah kesenian., baik seni tari, pertunjukan, seni musik, kerajinan tangan, dan lain-lain. Bahasa Jawa juga masih digunakan dalam tutur komunikasi sehari-hari. Selain itu, pakaian adat Jawa Tengah juga masih bisa sangat mudah ditemukan, baik dalam keseharian maupun perayaan atau upacara adat tertentu. Etnis Jawa merupakan etnis terbesar di tanah air. Suku Jawa memiliki pengaruh sangat besar dalam kebudayaan bangsa. Di masa lalu, Jawa Tengah merupakan tempat pusat dimana kerajaan-kerajaan mengalami masa kejayaan dan wilayah kekuasaan yang luas. Oleh sebab itu, banyak tradisi Jawa Tengah dikenal luas di nusantara, termasuk baju adat Jawa Tengah. Bahkan beberapa jenis pakaian adat asal Jawa Tengah ini pun menjadi menjadi inspirasi bagi suku lainnya. Seringkali pakaian tradisional Jawa Tengah juga dijadikan ikon pakaian adat Indonesia secara keseluruhan di dunia internasional. 1. Batik Jawa Tengah Pakaian adat Jawa Tengah tidak dapat dilepaskan dari penggunaan kain batik dengan berbagai motif sesuai daerah asalnya. Batik merupakan ikon kultur budaya Jawa. Batik sudah dibuat dan dikenakan sejak ratusan tahun yang lalu. Berdasarkan catatan sejarah, perdagangan batik pertama kali di Solo dilakukan pada tahun 1568. Kemudian kota-kota lainnya pun mulai mengikuti pada abad-abad berikutnya. Batik Jawa Tengah memiliki corak yang sangat beragam. Masing-masing motif memiliki filosofi tersendiri, antara lain Batik Truntum adalah jenis batik yang berasal dari Yogyakarta. Motif batik ini hanya digunakan saat acara pernikahan. Maknanya adalah menuntun, dengan harapan orangtua akan menuntun calon pengantin menuju kehidupan pernikahan. Batik Truntum menggunakan zat pewarna soga alam. Batik Sido Wirasat adalah jenis batik yang juga dikenakan pada acara pernikahan, namun dipakai oleh orangtua pengantin. Maknanya adalah agar orangtua bisa memberikan nasehat yang bermanfaat bagi anak dan menantu mereka untuk kehidupan pernikahan yang baik. Batik Cakar Ayam ialah batik yang dikenakan orangtua saat acara Mitoni, Tarub, dan Siraman. Motif Cakar Ayam melambangkan agar setelah berumahtangga, si anak dapat mencari nafkah sendiri dan hidup mandiri dengan baik, begitu juga dengan keturunan mereka nantinya. Batik Grageh Wuluh, motif ini bisa dikenakan kapan pun untuk kegiatan sehari-hari. Makna di balik motif batik ini adalah agar si pemakai selalu mempunyai tujuan dan cita-cita dalam hidupnya, sehingga selalu semangat menjalani hari. Batik Kawung Picis, motif ini hanya bisa dikenakan oleh kalangan kerajaan. Makna di balik motifnya adalah agar manusia selalu mengingat asal-usulnya. Kawung Picis juga melambangkan empat mata angin. Selain itu, dapat juga berarti hati nurani sebagai pengendali nafsu manusia. Batik Kawung adalah motif batik yang berasal dari Yogyakarta. Motif ini hanya bisa dikenakan oleh raja dan keluarganya. Motif Kawung melambangkan kemegahan dan keperkasaan. Batik Parang Kusumo adalah batik yang hanya bisa dikenakan oleh kalangan bangsawan, baik pria maupun wanita. Dengan mengenakan motif Parang Kusumo, diharapkan si pemakai akan mendapat kedudukan, keluhuran, serta dijauhkan dari bahaya. Selain motif-motif di atas, masih banyak motif batik Jawa Tengah lainnya. Sebab masing-masing daerah memiliki corak dan pola batik tersendiri. Meski dalam penerapannya kini masyarakat seringkali mengesampingkan filosofi dibalik coraknya. Namun setidaknya batik masih dipertahankan dan menjadi kebanggan masyarakat Indonesia pada umumnya. 2. Jawi Jangkep Jawi Jingkep adalah pakaian adat resmi yang dikenakan pria Jawa Tengah. Pakaian ini terdiri dari atasan berupa baju Beskap yang biasanya dilengkapi dengan motif bunga. Bawahannya adalah kain jarik yang cara penggunaannya dengan dililitkan di pinggang. idntimes Pria Jawa Tengah juga menambahkan aksesoris berupa blangkon untuk penutup kepala, senjata tradisional berupa keris yang diselipkan di bagian belakang, alas kaki berupa selop, dan juga bunga melati yang dirangkai dan dikenakan di bagian leher. Pakaian ini biasanya dikenakan saat acara pernikahan. 3. Kebaya Jawa Tengah Kebaya sebenarnya tidak hanya dikenakan di Jawa Tengah. Hampir seluruh pakaian tradisional di Pulau Jawa juga mengenal pakaian wanita yang satu ini. Mulai dari Suku Betawi, Sunda, dan juga Jawa Timur semuanya memiliki jenis kebaya sendiri, namun detil yang dimiliki tiap-tiap daerah berbeda-beda. idntimes Di Jawa Tengah, kebaya yang dikenakan untuk upacara pernikahan pada umumnya terbuat dari kain beludru. Namun ada juga yang lebih memilih kain sutra brokat. Sementara untuk dikenakan sehari-hari, wanita Jawa Tengah lebih memilih kain katun atau nilon. Untuk mengenakan kebaya, wanita Jawa Tengah juga mengenakan kelengkapan lainnya, yaitu kemben untuk menutup bagian dada, tapih pinjung, dan stagen untuk mengencangkan bagian pinggang dan perut. Sementara untuk bagian bawahnya, wanita Jawa Tengah juga mengenakan kain jarik panjang. Pada bagian rambut, wanita Jawa Tengah biasanya menata dan membentuknya menjadi konde yang rapi dengan dihiasi bunga melati di bagian atas. Tak lupa penggunaan perhiasan untuk mempercantik keseluruhan penampilan. Perhiasannya tersebut bisa berupa kalung, subang, cincin, dan gelang. Wanita Jawa Tengah juga suka membawa kipas. 4. Kanigaran Pakaian Kanigaran di masa lalu hanya bisa dikenakan oleh para raja. Namun saat ini, pakaian Kanigaran dikenakan untuk upacara pernikahan. Ciri khas pakaian Kanigaran yang dikenakan pria adalah penggunaan singkok yang memanjang ke atas. Atasannya terbuat dari kain beludru berwarna gelap dengan efek mengkilap, sehingga tampak elegan. Untuk bagian bawahnya, dikenakan Dodotan atau Kampuh. Dodotan berbeda dari kain jarik biasa. Dodotan lebih berwana dan cara memakainya tidak hanya dililitkan di bagian pinggang, tetapi juga disampirkan di tangan. Selanjutnya bagian belakang atau ekor kain disisakan, kemudian disampirkan di lengan. 5. Surjan Pakaian adat pria Jawa Tengah ini hanya dikenakan oleh anggota kerajaan di masa lalu, baik kaum bangsawan maupun abdi dalam. Modelnya hampir sama dengan Beskap, tetapi Surjan memiliki varian warna yang lebih meriah. Surjan juga dibuat dengan beberapa motif, seperti Lurik atau bunga-bunga. Bahan untuk membuat Surjan biasanya lebih tipis dibanding baju kanigaran. 6. Basahan pinterest Basahan merupakan pakaian tradisional pengantin wanita Jawa Tengah. Baju adat ini adalah warisan budaya Mataram. Mirip seperti baju Kanigaran, Basahan juga merujuk pada dandanan khusus keluarga kerajaan Kasultanan Ngayogyakarta. 7. Beskap Beskap merupakan jenis baju adat Jawa Tengah untuk laki-laki. Beskap merupakan bagian dari Jawi Jingkep. Namun seiring perkembangan, beskap dan jawi jingkep diigunakan secara terpisah. Warna beskap sangat beragam, namun utamanya adalah warna polos atau hitam. Desain baju beskap sederhana dengan kerah tanpa lipatan. Keunikan baju tradisional ini adalah ukuran potongan depan yang miring atau tidak simetris. Tujuan bentuk tersebut ialah sebagai antisipasi penggunaan aksesoris senjata tradisional keris. Selain potongan baju yang miring, kancing pada beskap juga dibuat dengan pola menyamping. Umumnya ketika mengenakan beskap maka akan dipadukan dengan jarik bercorak batik khas Jawa Tengah pada bagian bawah. Ada 4 jenis beskap yang berasal dari Jawa Tengah, antara lain Beskap Gaya Jogja, yakni merujuk pada beskap pakem Keraton Yogyakarta. Beskap Gaya Solo, yakni merujuk pada pakem Keraton Kasunanan. Beskap Landung, yakni beskap dengan bagian depan lebih panjang. Beskap Gaya Kulon, yakni model beskap daerah Banyumas, Tegal, Purwokerto dan daerah dekat Jawa Barat. 8. Jarik Jarik adalah kain dengan motif batik corak khas Jawa Tengah. Bagi masyarakat Jawa Tengah, jatik mempunyai makna sebagai tingkatan hidup. Pinterest Berdasarkan warisan sejarah, dulu jarik dikenakan oleh pria atau wanita dalam kehidupan keseharian. Akan tetapi saat ini penggunaan jarik sudah mulai menurun dan hanya dikenakan oleh orang tua atau saat menghadiri acara tertentu. 9. Sinjang / Dodot Sinjang atau dodot adalah kain batik panjang yang dikenakan untuk menutup bagian tubuh bawah. Umumnya sinjang atau dodot banyak tidak dikenal karena penggunaannya saat ini sangat jarang. 10. Kemben Kemben adalah salah satu kelengkapan pakaian adat Jawa Tengah. Kemben digunakan untuk menutup dada wanita. Baju dalaman ini terbuat dari kain yang dililitkan hingga pinggul. Namun saat ini kemben terbuat menjadi bentuk jadi dengan resleting atau kancing di bagian belakang. 11. Stagen Stagen adalah pelengkap baju tradisional Jawa Tengah. Stagen merupakan gulungan kain panjang yang dikenakan untuk membalut pinggang. Stagen berfungis untuk menahan jarik agar tidak melorot atau jatuh. Selain itu, juga dikenakan agar membuat perut tidak buncit. Penggunaan stagen saat ini sulit ditemukan karena hanya dikenakan oleh orang-orang tua di daerah pedesaan. 12. Tapih Pinjung Kain taping pinjung adalah kain yang dikenakan di pinggang dengan cara melilitkan dari kiri ke kanan mulai dari perut sampai pinggang. Kain ini terbuat dari jarik bermotif batik guna menutupi stagen agar tidak nampak dari luar. Tapih pinjung merupakan pelengkap pakaian adat yang kini penggunaannya mulai ditinggalkan dan kurang dilestarikan. 13. Blangkon Blankon adalah penutup kepala yang terbuat dari kain yang dililitkan dan diikat. Umumnya corak kain blangkon adalah batik larik. Penggunaan blankon sama seperti kemben dan stagen, yaitu sebagai pelengkap. Fungsi blankon adalah untuk menutupi rambut. Di masyarakat Jawa, konon memiliki rambut panjang adalah aib sehingga harus ditutup dengan blankon. Pada blangkon terdapat tonjolan yang disebut mondolan. Tonjolan inilah yang menjadi ciri khas dari blankon. Selain itu, ada 2 ikatan pada bagian belakang blangkon. Dua ikatan tersebut merupakan simbol dua kalimat syahadat yang diikat kuat, maknanya bahwa seseorang harus mempunyai pendirian yang teguh. 14. Kuluk Kuluk adalah pelengkap pakaian adat dimana penggunaan dan fungsinya seperti blangkon. Kuluk merupakan penutup kepala yang hanya dikenakan oleh pria pada acara pernikahan. Dulunya kuluk hanya dikenakan oleh raja, namun pada perkembangannya banyak upacara pernikahan dimana pengantin prian juga menggunakannya. 15. Keris Keris bukanlah pakaian adat, melainkan aksesoris pelengkap pakaian adat Jawa Tengah. Keris adalah senjata tradisional asli Jawa Tengah yang dikenakan di bagian pinggang belakang. 10 Tahapan Tradisi Pernikahan Jawa Tengah Pernikahan merupakan acara yang khidmat dan penuh dengan kesakralan. Menyatukan dua orang yang berbeda haruslah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tradisi yang ada. Sudah menjadi hal yang sama-sama kita ketahui, adat penikahan Jawa adalah yang paling banyak rentetannya. Tahapan tradisi pernikahan Jawa Tengah bisa sampai 10 tahapan dan dilakukan beberapa hari. Banyak orang yang beranggapan bahwa tradisi tersebut sangat merepotkan, namun yang namanya adat dan tradisi pasti ada maksud dibaliknya. Ternyata ada makna yang dalam dibalik setiap tahapan tersebut. Berikut penjelasan dan tahapan-tahapannya. Pasang Tarub, Tuwuhan dan Bleketepe Prosesi ini merupakan proses paling awal dalam pernikahan orang Jawa Tengah. Keluarga akan memasang Tarub di pagar-pagar rumah dan sekitarnya sebagai tenda peneduh. Selanjutnya juga dipasang bleketepe sebagai penanda bahwasanya akan ada acara pernikahan di rumah terebut. Tak lupa juga tuwuhan yang biasanya berupa janur, atau kelapa muda. Sungkeman Proses sungkeman biasa dilakukan oleh calon pengantin kepada kedua orantuanya untuk meminta izin melaksanakan pernikahan dan sebagai bukti hormat kepada keduanya. Siraman Sebelum melangkah ke tahap selanjutnya, calon pengantin harus melalui prosesi siraman. Prosesi ini bermaksud sebagai proses membersihkan diri. Biasanya calon pengantin akan disiram oleh kedua orangtuannya, dilanjut oleh kerabat terdekat yang sudah menikah. Dodol Dawet Setelah itu, ada prosesi yang menarik, yakni dodol dawet. Kedua orangtua mempelai akan berjualan dawet. Makna dari proses ini adalah restu dan kesepakatan kedua orang tua untuk melepaskan anaknya menikah. Orang-orang yang membeli dawet membayarnya dengan uang kreweng atau dari tanah liat. Midodareni Midodareni adalah prosesi yang mengharuskan calon pengantin perempuan berdiam diri di dalam kamarnya sejak pukul 6 sore hingga tengah malam. Dalam proses ini pengantin akan ditemani oleh ibu dan kerabat perempuannya untuk berbagi nasihat dan memantapkan hati menuju pernikahan. Di malam harinya, calon pengantin pria akan datang membawakan seserahan yang berisi perhiasan, alat mandi, pakaian, dan lain sebagainya. Balang Gantal Setelah prosesi akad nikah dilaksanakan. Akan dimulai proses adat Jawa yang diawali dengan balang gantal. Yakni sebuah proses pengantin saling melempar daun sirih yang berisi dengan bunga pisang, kapur sirih, tempakau hitam dan gambir. Prosesi ini dimaknai sebagai pasangan yang saling melempar cinta dan kasih sayang. Ngidak Endhog Dalam Bahasa Indonesia berarti menginjak telur. Dilakukan oleh kedua mempelai. Hal ini dimaknai sebagai harapan kedua mempelai untuk memiliki momongan sebagai tanda cinta dan kasih. Sindur Setelah selesai, maka kedua mempelai akan dibentangi dengan sebuah kain yang kemudian kain itu dituntun oleh sang ayah menuju ke tempat pelaminan. Hal ini bermakna bahwa pasangan diharapkan mampu menghadapi peliknya hidup bersama-sama. Kacar-Kucur Yakni kedua mempelai duduk di pangkuan ayah mempelai wanita. Kemudian mempelai pria akan mengucurkan biji-bijian serta uang recehan yang disimbolkan dengan sebuah penghasilan. Dulangan Yakni kedua mempelai akan saling menyuapi di atas pelaminan. Hal ini diartikan sebagai kerukunan dan saling pengertian antara satu sama itu tadi berbagai tahapan dari tradisi pernikahan Jawa Tengah yang sangat banyak rentetannya. Harapannya setiap tahapan menjadi lebih bermakna saat dijalankan dalam kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya. Semoga bermanfaat! Tata rias dan tata busana pengantin merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah perhelatan pernikahan. Pengantin akan berhias bak sepasang raja dan ratu sehari di hari bahagianya. Banyak sekali ragam gaya riasan pengantin di Indonesia yang sudah menjadi kebudayaan dan kekhasan daerah masing-masing sejak lama. Khususnya pengantin gaya Surakarta yang sering sekali dipilih oleh calon pengantin yakni Solo Putri dan Solo Basahan. Pada dasarnya masyarakat yang ada di Jawa Tangah secara umum menggunakan dua gaya pengantin tersebut. Namun sebenarnya beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Semarang, Wonosobo, Jepara dan Boyolali memiliki gaya pengantin masing-masing yang sudah digali dan dibakukan berdasarkan sejarah, kebudayaan dan kearifan lokal setempat. Ragam pengantin khas Jawa Tengah ini tak kalah menawan dengan gaya pengantin lainnya dan tentunya sarat makna yang mendalam. 1. Pengantin Semarangan, pengantin khas Kota SemarangPengantin Semarangan ini merupakan hasil penggalian budaya dan sejarah Kota Semarang. Tata rias pengantin ini merupakan akulturasi 3 budaya yakni, Budaya Arab, Budaya Cina, dan Budaya Jawa. terlihat dari kedua pengantin ini, untuk pengantin pria disebut Pengatin Kaji dan pengantin wanita disebut Pengantin Encik. Kain yang digunakan adalah kain songket yang berwarna merah dan semarak khas budaya cina, penutup kepala pada pengantin pria disebut kopiah ciri khas budaya arab dengan hiasan satu buah mentul atau kembang goyang kecil perlambang Keesaan Allah pengantin wanita menggunakan kebaya bludru dengan kerah sanghai pada leher menggunakan kalung berjumlah 3 buah, pada hiasan kepala yang khas adalah endog remek yang terbuat dari cempaka kuning dan melati dipermanis dengan 3 pilis, mahkota, 5 mentul menghadap kedepan dan 17 tersebar di belakang perlambang sholat dalam sehari semalam 17 Pengantin Jungpara, pengantin khas Kabupaten JeparaPengantin Jungpara merupakan hasil padu padan dari potensi, sejarah dan budaya yang berkembang di Kabupaten Jepara yang merupakan daerah kawasan pesisir di Jawa Tengah. Pengantin ini memiliki nilai simbolis keikhlasan, ketidakputusasaan, kesabaran, konsisten, kesetiaan dan hias pada pengantin ini bersumber dari kekayaan budaya seni ukir dan potensi pesisir Kabupaten Jepara. Hiasan Pada Pengantin wanita berupa Mahkota yang dinamakan Oklo sebagai perlambang masyarakat Jepara yang religius berbentuk daun ikal yang melambangkan rahmat dan keselarasan hidup yang kesemuanya dtunjukkan pada Tuhan Yang Maha yang digunakan kedua pengantin bermotif biota laut seperti, pasir, kerang dan rumput laut sebagai pemaknaan bahwa masyarakat jepara menggantungkan hidup pada kekayaan laut. dan warna dasar kain kuning dengan paduan merah sebagai perlambang kehangatan dan semangat masyarakat Pengantin Pemalang Putri, salah satu pengantin khas Kabupaten PemalangPengantin Pemalang Putri merupakan salah satu tata rias pengantin Khas Kabupaten Pemalang. Pengantin menggunakan busana berbahan dasar bludru yang terpengaruh dari keraton Mataram dengan kain batik motif Manggaran dengan Babaran khas Pemalang bergambar bunga hingga pohon kelapa. Semua bagian pohon kelapa bermanfaat bagi khas dari pengantin pemalang putri yakni paes atau hiasan pada dahi yang berbentuk Capit Yuyu yang melambangkan kepribadian seorang wanita yang harus tegar, kuat dan kokoh akan tetapi di dalamnya terdapat kelembutan dan bisa menjaga harkat martabat serta kesetiaan pada suami seperti legenda Nyai kepala yang digunakan pengantin wanita yakni mahkota bunga melati berjumlah 5 buah perlambang sholat 5 waktu, 5 cunduk mentul sebagai lambang rukun islam ada 5 dan dipermanis dengan 6 sisipan Bunga Ambring yang melambangkan Rukun Iman ada Pengantin Pemalang Sintren, salah satu pengantin khas Kabupaten PemalangPengantin Pemalang Sintren merupakan salah satu tata rias pengantin khas Kabupaten Pemalang. Pengantin ini terinsiprasi dari budaya sintren pemalang. kedua pengantin menggunakan busana bludru berwarna merah dengan ragam hias terbuat dari sulam benang gim warna emas, pada pengantin wanita menggunakan selendang berwarna kuning dan khas pada pengantin Pemalang Sintren ini adalah tidak menggunakan paes sebagai penghias dahi pengantin tetapi menggunakan simuk yang terbuat dari bahan bludru berbentuk lancip berwarna hitam dan diberi ornamen payet berwarna emas pada Pengantin Demak Bintoro, salah satu pengantin khas Kabupaten DemakPengantin Demak Bintoro ini merupakan salah satu dari dua tata rias pengantin khas Kabupaten Demak. Pengantin ini berlatar belakan sejarah Raden Patah yang merupakan pendiri Kerajaan Demak Bintoro. Motif kain yang digunakan oleh kedua pengantin yakni batik bernama Wahyu Bintoro dengan warna dasar sogan lerek dan bermotif garudo, Masjid Agung Demak, dan Bledek serta lukisan wayang Bethoro Kumojoyo dan Kumoratih sebagai perlambang kejayaan Kerajaan Demak pada yang digunakan yakni kebaya bludru dan beskap bludru dengan sulam benang gim bermotif padi sebagi perlambang kemakmuran karena Kabupaten Demak merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Tengah dan motif Burung Blekek makanan khas demak atau iwak manuk.Pada pengantin wanita yang unik adalah paes yang berbentuk meruncing lancip yang dinamakan paes nyucuk manuk dengan sanggul tekuk berhiaskan kembang goyang atau cunduk mentul berjumlah 7 buah berbentuk Manuk Blekek, menggunakan gunungan serta kalung dan cincin berbentuk Manuk Pengantin Demak Glagah Wangi, salah satu pengantin khas Kabupaten DemakPengantin Demak Glagah Wangi merupakan salah satu gaya tata rias engantin khas Kabupaten Demak Selain Pengantin Demak Bintoro. Pengantin Ini kental dengan Nuansa Pengantin Pesisiran dengan paduan warna yang cerah. Tata rias ini merupakan perpaduan budaya Jawa, Cina, Arab dan membedakan dengan pengantin jawa pada umumnya yakni menggantikan paes dengan perhiasan tretesan, Di samping pula penggunaan hiasan sunduk pentul berbentuk belimbing serta hiasan rambut panjang berjuntai yang menyerupai burung busana yang dikenakan menggambarkan kekayaan khas Kota Wali yakni, bunga kapas, buah jambu dan belimbing, beras wutah yang melambangkan kemakmuran pertanian, serta sisik ikan yang juga mencerminkan kekayaan laut perairan. Keunikan lainnya Upacara temu pengantin atau panggih yang biasa menggunakan Gendhing Kebogiro diganti dengan menggunakan Gending Lir-ilir yang konon merupakan hasil gubahan Kanjeng Sunan Pengantin Cilacap Putri, pengantin khas Kabupaten CilacapTata rIas pengantin Cilacap Putri ini merupakan tata rias khas Kabupaten Cilacap yang terinspirasi dari legenda sejarah Cilacap yakni Ratu Brontororo yang merupakan ratu dari Nusa Tembini yang sangat cantik dan sakti, penjaga Bunga Wijayakusuma. Hiasan Dahi Rikmo Brontoro terdiri dari 8 bagian, setiap bagiannya dinamakan Manis Golek Kencono yang melengkung indah kebelakang,Dipercantik dengan permata di tengahnya. Sanggul yang digunakan terbuat dari irisan daun pandan dengan cemara panjang. Busana yang di kenakan berbahan dasar bludru berwarna hijau dengn ragam hias motif Bunga Wijayakusuma begitu juga dengan bentuk cunduk mentul dan perhiasan Pengantin Putri Kabupaten Semarang, pengantin khas Kabupaten SemarangPengantin Putri Kabupaten Semarang berbeda dengan Pengantin Semarangan karena pengantin ini berasal dari kawasan Kabupaten Semarang yang meliputi Ungaran, Ambarawa, Bandungan, Bergas, Bawen, Tuntang,Banyubiru dan sekitarnya. Tata Rias ini berasal dari cerita Padepokan Gedong Songo yakni Ki Hajar Selokantoro yang menikah dengan Ari Wulan di suatu sendang di daerah Jetis, Bandungan yang dinamakan Sendang riasan rambut pengantin wanita menggunakan 2 macam sanggul yakni Sanggul gunung menyerupai Puncak Suroloyo dan Gununng Ungaran sebagai kenampakan alam Kabupaten Semarang serta sanggul bokor mengkureb sebagai perlambang kedewasaan. Kemudian dihiasi dengan keket melati , sintingan dan tibo dodo yang unik adalah penambahan bunga krisan kuning sebagai kekayaan holtikultura di Kecamatan Bandungan. perhiasan yang digunakan untuk menyemarakkan pengantin ini adalah Jamang Semarangan, tusuk sisipan, sumping s, giwang kalung ponco puspita, gelang, bros dan kalpiko atau yang digunakan kedua mempelai berbentuk beskap untuk pengantin pria dan kebaya untuk pengantin wanita dengan bahan dasar bludru, untuk ragam hias yang digunakan yakni corak Candi Gedong Songo dan bunga teratai sebagai ikon Kabupaten Semarang serta bordir motif bunga cengkeh pada bagian depan. Kain yang digunakan yakni kain batik Lambang Sari dengan motif khas yakni Kembang Krisan, Kembang Cengkeh dan Kopi Pecah sebagai lambang kekayaan alam Kabupaten Semarang. Yang unik pada pengantin ini adalah penggunan kamus pada pengantin pria dan selop pada kedua pengantin berbahan dasar eceng gondok yang banyak tumbuh di Rawa pening, Kabupaten Pengantin Setjanegaran, pengantin khas Kabupaten WonosoboTata rias pengantin Setjanegaran merupakan hasil penggalian tata rias khas Wonosobo yang dibakukan oleh Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia atau Harpi Melati. Pengantin ini digali dari sejarah, kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat Wonosobo yang merupakan masyarakat dataran tinggi khususnya di wilayah Dieng. Ciri khas pada pengantin wanita adalah penggunaan riasan dahi atau paes yang biasanya berbentuk ngudup sirih pada Pengantin Gaya Yogyakarta dan berbentuk telur bebek pada Pengantin Gaya Surakarta maka pada pengantin ini menggunakan Paes ngudup Carica atau menyerupai bentuk buah carica yang merupakan buah khas dataran tinggi dieng. Aksesoris yang digunakan antara lain 7 buah cunduk mentul, 1 buah kalung, 1 buah bros yang dikenakan oleh kedua pengantin berbahan dasar bludru berwarna hijau dan menggunakan ragam hias khas Wonosobo. Serta menggunakan kain batik Khas Pengantin Tegal Pesisiran, pengantin khas Kabupaten TegalPengantin tegal pesisiran ini merupak tata rias pengantin khas Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Tata rias ini merupakan akulturasi dari Kraton Pajang dimasa lampau dengan letak geografis Tegal yang merupakan daerah pesisiran pantai utara Jawa. Pada riasan pengantin wanita yang unik adalah riasan dahi atau paes yang berbentuk capit yuyu yang hampir serupa dengan Pengantin Pemalang Putri. Arti dari paes ini adalah perlambang Tegal sebagai kota bahari. diatasnya diberi hiasan mahkota sebagai perlambang seorang wanita yang memiliki etika dan berbudi luhur. Busana yang digunakan oleh pengantin berbahan dasar bludru dengan model seperti busana Pengantin Solo Putri tetapi menggunakan ragam hias yang mencerminkan kearifan lokal khas tegal. Batik yang digunakan untuk kin bawahan yakni Batik Tegalan Godong Kosong dengan motif Kawatan. Aksesoris yang digunakan pengantin menggunakan ukon atau perhiasan yang menyerupai uang Pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng, pengantin khas Kabupaten BoyolaliPengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng ini berasal dari penggalian sejarah masyarakat Boyolali pada masa perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Salah satu dari prajurit ingin menikah dengan seorang pribumi di daerah kecamatan Selo, hai ini kemudian menjadi dasar penggalian tata rias pengantin khas Boyolali yang merupakan perpaduan gaya Surakarta dan pengantin akan mengenakan busana Mataraman, namun tidak diperbolehkan karena dianggap menyerupai raja. Kemudian pengantin tersebut diberikan pinjaman berupa pakaian oleh komandan prajurit berupa baju sorjan, jarik Sidomukti, celana panjang hitam, topi prajurit yang krowok di belakang, keris branggah dan tanpa alas kaki. Sementara untuk pengantin perempuan mengenakan gelung tekuk pakai lungsen, kebaya sederhana, jarik Sidomukti, bunga kinasih dan bangun tulak yang dironce, paes warna hitam dan tanpa alas kaki. Makna dari paes adalah melukis atau membentuk, membuat cantik diri. Membuang semua pikiran dan perbuatan yang tidak baik buruk untuk menjadi suatu pribadi yang beriman dan dewasa. bentuk panunggul gunung merapi dan merbabu terkandung arti pribadi pengantin laki-laki dan perempuan, ingin mencapai kehidupan yang tinggi / kesejahteraan hidup, sehingga mencapai kebahagiaan dan selalu ingat akan kekuatan Tuhan. Bentuk pengapit bunga kanthil. Pengapit dalam arti pendamping kanan dan kiri bagaimanapun sudah menjadi manusia / insan yang bersatu. Dua insan yang saling mempengaruhi untuk memiliki iman yang teguh Busana yang dikenakan juga busana yang sederhana berwana hijau berbahan dasar bludru dengan ragam hias yang khas yakni motif ikan lele dan sapi yang merupakan ciri khas Kabupaten Pengantin Sekar Salekso, pengantin khas Kota MagelangPengantin Sekar Salekso merupakan pengantin khas Kota Magelang yang merupakan hasil penggalian sejarah, letak geografis, dan kekayaan flora fauna di Kabupaten Magelang. Busana pengantin ini terinsipirasi dari Bupati Pertama Magelang yakni Raden Toemenggoeng Danoeningrat beserta istri yang menggunakan busan adat lengkap pada tahun 1871 yang merupakan cikal bakal busana dan riasan khas Kota Magelang. Selain itu juga juga secara emplisit tertulis mengenai rias dan busana pada 3 prasasti yakni Poh, Mantiasih, dan yang dikebakan pengantin berbahan dasar Bludru dengan warna ungu. Pengantin wanita menggunakan kebaya panjang mermotif elang jawa yang sedang menukik Wulung Manebo dengan kain motif gelang rinonce ceplok kanthil. Busana Pengantin Pria menggunakan beskap dengan dalaman berwarna putih dan dasi kupu-kupu berwarna hitam yang dihiasi ragam hias temu gelang dengan kain jarik dengan motif yang sama yakni gelang rinonce ceplok gtelang atau temu gelang yang berada pada pinggir kebaya dan beskap berupa dua lingkaran yang saling bertemu sebagi perlambang cinta yang telah dibina berdua tidak akan pernah putus. Sedangkan elang yang menukik sebagai perlambang saat kita berada di atas jangan pernah segan untuk melihat kebawah, dan siap menolong, membantu yang dibawah dan bentuk paruh elang dapat menjadi symbol kekuatan, ketangguhan. Pada riasan pengantin wanita menggunalan paes yang menyerupai paes gaya Surakarta namun agak berbeda yakni lebih memanjang yang membentuk ujung pelok isi mangga. Sanggul yang digunakan adalah sanggul temu gelang yakni Dua lingkaran yang saling bertemu memiliki makna bahwa cinta yang telah dibina oleh kedua mempelai tidak akan pernah ada putusnya. serta hiasan bunga melati sebagai pelambang kesucian dan budi pekerti yang yang memperindah pengantin ini adalah 7 buah cunduk mentul, sepasang centung yang menyerupai centung Gaya Yogyakarta, bros dan lain-lain. Karena pada pada dasarnya pengantin ini terpengaruh oleh pengantin Gaya Surakarta, Yogyakarta dan Semarang.